Sabtu, 19 Maret 2016

makalah supervisi

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian teknik supervisi individu 

Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono dalam “Supervisi Pendidikan”  mengemukakan bahwa teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi peseorangan terhadap guru[1] Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru, sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Selain itu euis karwati dan donni juni priansa dalam “ kinerja dan profesionalime kepala sekolah “ mengemukakan bahwa teknik supervisi individual adalah teknik yang digunakan pada pribadi yang mengalami masalah kusus dan memerlukan bimbingan tersendiri dari kepala sekolah[2]
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang hanya ditujukan kepada satu orang guru saja. Kegiatan supervisi tidak berlaku pada dua orang guru atau lebih.

B.     Teknik supervisi individual

Teknik supervisi individual menurut sahertian adalah teknik yang digunakan pada pribadi yang mengalami masalah kusus dan memerlukan bimbingan tersendiri dari kepala sekolah, teknik supervisi yang bersifat individual antara lain:[3]
1.      Kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, di mana ia mengunjungi kelas tempat guru mengajar untuk mengamati suasana belajar di kelas itu. Teknik ini bertujuan untuk membantu guru-guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi di kelas Kunjungan yang dilakukan juga berfungsi untuk membantu pertumbuhan profesionalisme guru ataupun supervisor, karena memberi kesempatan untuk meneliti prinsip dan hal belajar mengajar itu sendiri. Dengan data tersebut antara guru dengan kepala sekolah akan terjalin komunikasi tentang kesulitan yang di hadapi guru dan kemudian mencari solusinya, kunjungan kelas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu sebagai berikut:[4]
                                          a)            Kunjungan kelas tanpa di beri tahu
Dalam kunjungan ini supervisor datang ke kelas secara tiba-tiba tanpa memberi tahu terlebih dahulu, segi positif dari kunjungan ini adalah supervisor dapat melihat keadaan sebenarnya tanpa di buat-buat hal seperti ini dapat membiasakan guru untuk selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya sementara segi negatifnya adalah guru menjadi gugup sehingga hasil dari penampilanya menjadi kurang memuaskan.
                                          b)            Kunjungan atas undangan guru
Kunjungan ini menandakan bahwa guru mempunyai usaha dan motivasi untuk mempersiapkan diri dan membuka diri agar ia dapat memperoleh balikan dan pengalaman baru dari hasil perjumpaanya dengan supervisor, segi positif dari kunjungan ini adalah bagi supervisor ia dapat belajar berbagi pengalaman dalam berdialog dengan guru, sedang bagi guru ia akan lebih mudah memperbaiki dan meningkatkan kemampuanya karena motivasi belajar dari pengalan dan bimbingan dari supervisor tumbuh dari dirinya sendiri, sisi negatif dari kunjungan ini adalah adanya timbul sikap manipulasi yaitu di buat-buat untuk menoonjolkan diri
                                          c)            Kunjungan pemberitahuan terlebih dahulu 
Biasanya supervisor telah memberi jadwal terlebih dahulu guna kunjunganya sehingga guru tahu pada hari dan jam berapa ia akan di kunjungi, segi positif dari kunjungan ini adalah supervisor dapat merencanakan kunjungan yang sangat tepat sehingga ia mempunyai konsep pengembangan yang kontinu dan terencana, bagi guru ia dapar mempersiapkan sebaik-bainya, sementara dari sisi negatifnya adalah guru sengaja mempersiapkan diri sehingga ada kemungkinan timbul hal-hal yang di buat-buat dan serba berlebih-lebihan.
Didalam pelaksanaan Tahap-tahap Kunjungan Kelas Menurut Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, tahapan `kunjungan kelas terdiri dari beberapa tahap berikut[5]
a)    Tahap persiapan
Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas. Di samping itu, ada beberapa hal yang perlu diketahuinya sebelum melakukan kunjungan, yaitu:
-           Hal-hal yang menyangkut keadaan guru seperti kepribadiannya, pengetahuannya, keadaan fisik dan mentalnya, serta status sosial dan lain-lainnya.
-       Situasi lingkungan sekitar sekolah yang turut memberikan pengaruh.
-       Keadaan pendidikan dan lingkungan anak-anak di rumah
-       Informasi tentang problema yang dihadapi guru-guru
b)    Tahap pengamatan selama kunjungan
Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
c)    Tahap akhir kunjungan
Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian atau kesepakatan untuk membicarakan hasil-hasil kunjungan.
d)    Tahap tindak lanjut
Pada tahap ini, supervisor telah menyimpulkan dan menguasai permasalahan dari data yang diperoleh. Selanjutnya ia merumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai solusi untuk permasalahan yang ada.
2.      Melakukan observasi kelas
Melalui perkunjungan kelas, seorang supervisor dapat mengobservasi situasi belajar mengajar yang sebenarnya dalam hal ini ada dua observasi kelas yang pertama observasi langsung yaitu supervisor mencatat absen yang dilihat pada saat guru sedang mengajar dengan menggunakan alat observasi, kedua yaitu observasi tidak langsung orang yang di observasi di batasi oleh ruangan kaca sehingga siswa tidak mengetahui (biasanya dilakukan di laboratorium untuk pengajaran mikro.)[6]
                       

Berikut adalah beberapa tujuan observasi
a)         Untuk memperoleh data yang subjektif mungkin sehingga bahan yang di peroleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan yang di alami guru dalam usaha memperbaiki situasi belajar mengajar.
b)        Bagi guru, data yang di analisis dapat membantu untuk mengubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik.
c)         Bagi siswa akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap
kemajuan belajar. [7]

Hal-hal yang perlu di observasi antara lain adalah sebagai berikut
                       a)          Usaha dan kegiatan guru dan siswa.
                      b)          Usaha dan kegiatan antara guru dan siswa dalam hubungan dengan penggunaan bahan dan alat pelajaran.
                       c)          Usaha dan kegiatan guru dan siswa dalam memperoleh pengalaman belajar.
                      d)          Lingkungan sosial, fisik sekolah, baik di ruangan maupun diluar ruangan dan faktor penunjang lainya.[8]
Adapun kriteria yang di pakai dalam onservasi haruslah memperhatikan hal-hal berikut:
                       a)          Bersifat objektif yaitu bahwa sesuatu yang di catat adalah data sebenarnya tanpa ada pengaruh unsur objektif dari supervisor.
                      b)          Apa yang dicatat harus mengenai sasaran seperti apa yang dimaksut sering terjadi orang mencatat sesuatu bukan berdasarkan apa yang dilihatnya melainkan apa yang dipikirkan sehingga data menjadi kurang valid (tepat)
                       c)          Data yang di peroleh harus berupa data yang dapat dipercaya dalam observasi kelas sebaiknya hanya mencatat apa yang dilihat bukan mencatat apa yang di pikirkan.[9]
Adapun peralatan atau perlengkapan dalam pelaksanaan observasi yang berupa cheklis, cheklis adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dalam memperlengkapi keterangan-keterangan yang lebih objektif dalam pelaksanaan belajar mengajar di dalam kelas, cheklis berupa daftar yang berisi daftar-daftar item yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu dan si penjawab hanya menjawab item tersebut,[10]
1)      Cheklis dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut
                  a)   Evaluative check-list
Evaluative check-list adalah suatu daftar yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara berkelompok dan merupakan standar beserta penilaiannya. Misalnya, pertanyaan tentang keaktifan antara guru dan murid, perhatian murid-murid ketika guru menyajikan pelajaran, dinamika kelas dan sebagainya. Susunannya dapat berupa pernyataan (statement) atau item-item yang dijawab dengan “ya” atau “tidak”.
b)    Activity check-list
Activity check-list adalah suatu daftar kegiatan yang dijawab oleh si pengamat dengan cara mengecek. Daftar tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan khusus tentang kegiatan yang biasanya dicek dengan memakai skala “ya” atau “tidak”.
Pada prinsipnya, kedua jenis check-list ini sama, hanya pada evaluative check-list pertanyaan-pertanyaan itu bersifat evaluatif, sedangkan pada activity check-list, lebih menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan belajar.
2)      Factual Record
Factual record adalah suatu catatan yang didasarkan pada kenyataan yang ada Catatan-catatan itu hanya bersifat melengkapi sebagian dari apa telah dilakukan dalam kegiatan observasi.[11]
            Bentuk catatan ini juga dapat dibedakan kepada dua macam, yakni:
                          a)      Attention chart
Attention chart adalah daftar yang berisi simbol atau kode memberikan gambaran tentang status murid-murid yang memberikan perhatiannya terhadap hal mengajarnya guru Dan berdasarkan kode tersebut, maka dapat dianalisis tingkat perhatian murid dalam proses tanya jawab selama pembelajaran berlangsung.[12]
2)    Participation chart
Participation chart adalah daftar yang digunakan untuk mencatat partisipasi murid-murid di dalam kelas. Dengan daftar tersebut, kita dapat melihat dan menyelidiki reaksi-reaksi murid, sering atau tidaknya murid berpartisipasi, aktif atau tidaknya murid, dan sebagainya.
Participation chart ini, juga dibedakan atas dua bentuk, yaitu quantity participation chart dan quality participation chart.
Quantity participation chart merupakan daftar partisipasi murid dilihat dari segi kuantitasnya atau berapa banyak partisipasi yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Adapun cara-caranya adalah sebagai berikut:
-       Tiap murid yang ikut berpartisipasi, diberi tanda x atau 1 di belakang namanya.
-       Banyak partisipasi yang dilakukan murid dijumlahkan.
Quality participation chart adalah daftar partisipasi murid dilihat dari segi kualitasnya yang meliputi positif atau negatifnya sumbangan pemikirannya, dan berarti atau tidaknya sumbangan pemikirannya Cara-cara yang dilakukan adalah:
-       Tiap murid yang ikut memberikan sumbangan pemikirannya diberi tanda-tanda berikut:
+          = bila sumbangan pikirannya positif
-           = bila sumbangan pikirannya negatif
?           = bila sumbangan pikirannya merupakan suatu pertanyaan
0          = bila sumbangan pikirannya tidak berarti apa-apa
-     Masing-masing sumbangan tersebut dijumlahkan


3.      Melakukan interviu pribadi
Interviu ini dilakukan oleh supervisor dengan seorang guru untuk membahas bagaimana mengajar yang baik[13], tujuan dari melakukan interviu pribadi adalah sebagai berikut:
                          1.            Untuk memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
                          2.            Memupuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi.
Menurut George Kyte ada dua jenis percakapan melalui kunjungan yaitu:
a.    Percakapan pribadi setelah kunjungan kelas (bersifat formal)
Percakapan jenis ini terjadi ketika ada kesepakatan bersama antara supervisor dan guru untuk mengadakan individual conference setelah kunjungan dilaksanakan, guna membicarakan hasil kunjungan tersebut.
b.    Percakapan pribadi seperti percakapan biasa sehari-hari
Biasanya percakapan ini berlangsung layaknya kegiatan ramah-tamah sehari-hari, di mana guru mengemukakan suatu problema kepada supervisor atau sebaliknya. Umpamanya, sebelum sekolah mulai, sebelum mengajar, pada waktu istirahat, atau sesudah mengajar. Dalam hal ini, keduanya secara tak langsung mengemukakan suatu pertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran.
Swearingen mengklasifikasikan percakapan individual kepada empat jenis percakapan berikut[14]
1.     Classroom-conference, yaitu percakapan individualyang dilaksanakan di dalam kelas ketika para peserta didik sedang meninggalkan kelas (istirahat).
2.    Officeroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
3.    Causal-conference, yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan.
4.    Observational-visitation, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
4.      Mengunjungi antar kelas
Kunjungan antar kelas, maksudnya adalah guru yang satu dengan guru yang lainnya saling mengunjungi kelas satu sama lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk saling berbagi pengalaman dalam pembelajaran[15], sedangkan menurut suhertian yang di kutip oleh maryono dalam , “dasar-dasar dan teknik menjadi supervisor pendidikan” adalah intervisitation merupakan saling mengunjungi antara guru yang satu dengan guru yang lain yang sedang mengajar[16].
Mengunjungi antar kelas ini adapun kelebihan-kelebihany sebagai berikut:
                            a.     Memberi kesempatan mengamati rekan lain yang sedang memberi pelajaran.
                           b.     Membantu guru-guru yang ingin memperoleh pengalaman atau ketrampilan tentang teknik atau metode mengajar serta berguna bagi guru-guru yang menghadapi kesulitan tertentu dalam mengajar.
                            c.     Memberi motivasi yang terarah terhadap aktivitas mengajat rekan guru mudah belajar dari temanya sendiri.
Adapun jenis-jenis intervisitation adalah sebagai berikut:
1.    Supervisor memberikan arahan kepada seorang guru yang mengalami kesulitan, untuk melihat rekan-rekan guru lain yang mengajar. Guru yang ditunjuk, tentunya adalah orang yang memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup dalam menggunakan teknik-teknik mengajar.
2.    Di kebanyakan sekolah, kepala sekolah menganjurkan kepada guru-guru agar saling mengunjungi rekan-rekan di kelas atau sekolah lain. Tetapi untuk bentuk yang kedua ini, ini diperlukan perencanaan dan musyawarah terlebih dahulu.


5.      Menilai diri sendiri
Sebagaimana seorang tenaga pendidik yang profesional guru harus dapat menilai kemampuan dirinya sendiri terutama dalam hal kewajiban bahan pelajaran penilaian terhadap diri diri sendiri merupakan teknik yang dapat membantu guru dalam pertumbuhanya Dosen atau guru yang disupervisi dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat memberikan nilai tambah pada hubungan dosen atau guru dan supervisor tersebut,  yang akhirnya akan  memberikan  nilai  positif  bagi  kegiatan  belajar  mengajar  yang  baik.  Menilai  diri  sendiri merupakan tugas yang tidak mudah , karena suatu pengukuran terbalik, karena selama ini dosen atau guru hanya menilai siswa atau mahasiswanya saja,[17] jadi Menilai diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri secara obyektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri. Adapun cara yang dapat dilakukan dalam upaya menilai diri sendiri ialah[18]
                                 a.            Membuat suatu daftar pandangan atau pendapat yang ditujukan kepada murid untuk menilai pekerjaan atau aktivitas guru.biasanya disusun dalam bentuk bertanya baik secara tertutup maupun terbuka dan tidak perlu memakai nama.
                                b.            Menganalisa tes-tes terhadap unit-unit kerja.
                                 c.            Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja kelompok  maupun perseorangan












BAB III
PENUTUP
                            A.            Kesimpulan

Teknik supervisi individual adalah teknik pelaksanaan kegiatan supervisi terhadap satu orang guru, tidak ditujukan kepada dua orang guru atau lebih. Dalam pelaksanaan supervisi, ada bebrapa teknik yang dapat diterapkannya di dalamnya, yaitu antara lain:
1.    Kunjungan kelas (classroom visitation)
2.    Observasi kelas (classroom observation)
3.    Pertemuan/percakapan pribadi (individual conference)
4.    Kunjungan antar kelas (intervisitation)
5.    Menilai diri sendiri (self evaluation check-list)














DAFTAR PUSTAKA
Euis karwati, priansa, donni juni, kinerja dan profesionalisme kepala sekolah,jakarta:alfabeta,2013.
Imam wahyudi, pengembangan pendidikan,cetakan pertama, jakarta:prestasi putrakarya, 2012.
Juliani, Retno djohar, “model pendekatan dan teknik supervisi pendidikan di perguruan tinggi”jurnal supervisi pendidikan,(201)15:10.
Maryono, dasar-dasar & teknik enjadi supervisor pendidikan, maguoharjo:AR-RUZZ MEDIA, 2011.
Tim dosen administrasi pendidikan universitas pendidikan indonesia, manajemen pendidikan, bandung:alfabeta,2014.








[1]Prasojo, Lantip Diat, & Sudiyono. Supervisi Pendidikan. Edisi Revisi (Yogyakarta:Penerbit Gava Media,2011),29.
[2] EUis karwati, priansa, donni juni, kinerja dan profesionalisme kepala sekolah, (bandung :alfabeta,2013),227.
[3] Ibid,227.
[4] Maryono, dasar-dasar dan teknik menjadi supervisor pendidikan, (maguoharjo: AR-RUZZ MEDIA,2011),29.
[5] Prasojo, Lantip Diat, & Sudiyono. Supervisi Pendidikan.,29.
[6] Imam wahyudi, pengembangan penddikan,( jakarta:prestasi pustaka,2012),51.
[7] Maryono, dasar-dasar dan teknik menjadi supervisor pendidikan,(maguoharjo: AR-RUZZ MEDIA,2011),31.
[8] Ibid.,32.
[9] Ibid.,32.

[10]  Maryono, dasar-dasar dan teknik menjadi supervisor pendidikan,(maguoharjo: AR-RUZZ MEDIA,2011),33.
[11] Ibid.,34.
[12] Maryono, dasar-dasar dan teknik menjadi supervisor pendidikan,(maguoharjo: AR-RUZZ MEDIA,2011),33.

[13] Tim dosen administrasi pendidikan universitas penddikan indonesia, manajemen pendidikan, cet-7,( bandung:alfabeta,2014).317.
[14]Maryono, dasar-dasar dan teknik menjadi supervisor pendidikan,35.


[15] Tim dosen administrasi pendidikan universitas penddikan indonesia, manajemen pendidikan, cet-7,( bandung:alfabeta,2014).317.
[16] Maryono, dasar-dasar dan teknik menjadi supervisor pendidikan,38.
[17] Juliani, Retno djohar, “model pendekatan dan teknik supervisi pendidikan di perguruan tinggi”, jurnal supervisi pendidikan 15, (201),10.
[18] Maryono, dasar-dasar dan teknik menjadi supervisor pendidikan,39.