BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dan dinamis. Guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Bidang ilmu pendidikan dengan berbagai cabang-cabangnya merupakan landasan ilmiah bagi pelaksanaan pendidikan, yang terus berkembang secara dinamis. Sedangkan filsafat pendidikan sesuai dengan peranannya, merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan. Kedua bidang di atas harus menjadi pengetahuan dasar (basic knowledge) bagi setiap pelaksana pendidikan, apakah ia guru ataukah sarjana pendidikan. Membekali mereka dengan pengetahuan dimaksud diatas berarti memberikan dasar yang kuat bagi sosialnya profesi mereka. Dengan demikian seorang guru dan sarjana pendidikan seyogyanya mengapproach masalah pendidikan dengan masalah dengan masalah approach yang komprehensif dan integral dan bukan dengan approach yang elementer, bahkan tidak dengan approach ilmiah semata-mata.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Arti dari Filsafat, Pendidikan dan Islam
2. Bagaimana Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
3. Bagaimana ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan
1. Apa Arti dari Filsafat, Pendidikan dan Islam
2. Bagaimana Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
3. Bagaimana ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Arti dari
Filsafat, Pendidikan dan Islam
Filsafat
Pendidikan Islam mengandung 3 (tiga) komponen kata, yaitu filsafat, pendidikan
dan Islam. Untuk memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam akan lebih baik
jika dimulai dari memahami makna masing-masing komponen kata untuk selanjutnya
secara menyeluruh dari keterpaduan ketiga kata tadi dengan kerangka pikir
sebagai berikut:
Filsafat menurut harun nasution yang di kutip dalam
bukunya toto suharto filsafat berasal dari kata benda Yunani Kuno philosophia
yang secara harpiah bermakna “kecintaan akan kearifan”.makna kearifan melebihi
pengetahuan, karena kearifan mengharuskan adanya pengetahuan dan dalam kearifan
terdapat ketajaman dan kedalaman.[1]
Secara istilah, filsafat mengandung banyak pengertian
sesuai sudut pandang para ahli bersangkutan,diantaranya:
a. Mohammad Noor Syam merumuskan pengertian filsafat sebagai aktifitas berfikir murni atau kegiatan akal manusia dalam usaha mengerti secara mendalam segala sesuatu
b. Menurut Hasbullah Bakry filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mengetahui pengetahuan itu[2]
Kajian dan telaah filsafat memang sangat luas, karena itu filsafat merupakan sumber pengetahuan. Namun paling tidak, ada 2 hal pokok yang dapat kita mengerti dari istilah filsafat, yaitu : Pertama, aktivitas berfikir manusia secara menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap sesuatau baik mengenai ketuhanan, alam semesta maupun manusia itu sendiri guna menemukan jawaban hakikat sesuatu itu. Kedua, ilmu pengetahuan yang mengkaji, menelaah atau menyelidiki hakikat sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan, manusia dan alam semesta secara menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka memperoleh jawaban tentang hakikat sesuatu itu yang akhirnya temuan itu menjadi pengetahuan
a. Mohammad Noor Syam merumuskan pengertian filsafat sebagai aktifitas berfikir murni atau kegiatan akal manusia dalam usaha mengerti secara mendalam segala sesuatu
b. Menurut Hasbullah Bakry filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mengetahui pengetahuan itu[2]
Kajian dan telaah filsafat memang sangat luas, karena itu filsafat merupakan sumber pengetahuan. Namun paling tidak, ada 2 hal pokok yang dapat kita mengerti dari istilah filsafat, yaitu : Pertama, aktivitas berfikir manusia secara menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap sesuatau baik mengenai ketuhanan, alam semesta maupun manusia itu sendiri guna menemukan jawaban hakikat sesuatu itu. Kedua, ilmu pengetahuan yang mengkaji, menelaah atau menyelidiki hakikat sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan, manusia dan alam semesta secara menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka memperoleh jawaban tentang hakikat sesuatu itu yang akhirnya temuan itu menjadi pengetahuan
Pendidikan adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk
mendewasakan peserta didik agar menjadi manusia mandiri dan bertanggung jawab
baik terhadap dirinya maupun segala sesuatu di luar dirinya, orang lain, hewan
dan sebagainya. Ikhtiar mendewasakan
mengandung makna sangat luas, transfer pengetahuan dan keterampilan, bimbingan
dan arahan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan pembinaan kepribadian,
sikap moral dan sebagainya. Demikian pula peserta didik, tidak hanya diartikan
manusia muda yang sedang tumbuh dan berkembang secara biologis dan psikologis
tetapi manusia dewasa yang sedang mempelajari pengetahuan dan keterampilan
tertentu guna memperkaya kemampuan, pengetahuan dan keterampilan dirinya juga
dukualifikasikan sebagai peserta didik. Hadari Nawawi mendefinisikan pendidikan
sebagai usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, baik
di dalam maupun di luar sekolah. Dengan redaksi yang berbeda, Hasan Langgulung mengartikan
pendidikan sebagai usaha untuk mengubah dan memimndahkan nilai kebudayaan
kepada setiap individu dalam suatu masyarakat Islam
menurut Harun Nasution adalah segala agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan
Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam adalah
agama yang seluruh ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis dalam rangka
mengatur dan menuntun kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah,sesama
manusia dan dengan alam semesta[3]
B. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Berdasarkan pemikiran dan bahasan di
atas, maka Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu aktifitas befikir menyeluruh
dan mendalam dalam rangka merumuskan konsep, menyelenggarakan dan/atau
mengatasi berbagai problem Pendidikan Islam dengan mengkaji kandungan makna dan
nilai-nilai dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dari sisi lain, Filsafat Pendidikan
Islam diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji secara menyeluruh dan
mendalam kandungan makna dan nilai-nilai al-Qur’an/al-Hadis guna merumuskan
konsep dasar penyelenggaraan bimbingan, arahan dan pembinaan peserta didik agar
menjadi manusia dewasa sesuai tuntunan ajaran islam Menurut abdul munir yang di
kutip dalam bukunya abdul aziz Filsafat Pendidikan Islam adalah studi tentang
pandangan filosofis dan sistem dan aliran filsafat dalam islam terhadap
masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan manusia muslim dan umat islam.[4] Selain itu Filsafat Pendidikan Islam mereka artikan pula sebagai
penggunaan dan penerapan metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan
problematika pendidikan umat islam yang selanjutnya memberikan arah dan tujuan
yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.
Sedangkan
Abuddin Nata mendefinisikan Filsafat Pendidikan Islam sebagai suatu kajian
filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan
yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadis sebagai sumber primer, dan pendapat
para ahli khususnya filosof muslim sebagai sumber sekunder. Selain itu,
Filsafat Pendidikan Islam dikatakan Abuddin Nata suatu upaya menggunakan jasa
filosofis, yakni berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal
tentang masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia (anak didik), guru,
kurikulum, metode dan lingkungan dengan menggunakan al-Qur’an dan al-Hadis
sebagai dasar acuannya.
Tanpa mempersoalkan apakah Filsafat Pendidikan Islam itu
sebagai aktifitas berfikir mendalam, menyeluruh dan spekulatif atau ilmu
pengetahuan yang melakukan kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif mengenai
masalah-masalah pendidikan dari sumber wahyu Allah, baik al-Qur’an maupun
al-Hadis, paling tidak terdapat 2 hal pokok yang patut diperhatikan dari pengertian
Filsafat Pendidikan Islam:
1. Kajian
menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap kandungan al-Qur’an/al-Hadis dalam
rangka merumuskan konsep dasar pendidikan islam. Artinya, Filsafat Pendidikan
Islam memberikan jawaban bagaimana pendidikan dapat dilaksanakan sesuai sengan
tuntunan nilai-nilai Islam. Misalnya saja ketika muncul pertanyaan bagaimana
aplikasi pendidikan Islam menghadapi peluang dan tantangan millenium II, maka
Filsafat Pendidikan Islam melakukan kajian mendalam dan menyeluruh, sehingga
melahirkan konsep pendidikan islam yang akan diaktualisasikan di era millenium
III.
2. Kajian
menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka mengatasi berbagai probelam
yang dihadapi pendidikan islam. Misalnya ketika suatu konsep pendidikan islam
diterapkan dan ternyata dihadapkan kepada berbagai problema, maka ketika itu
dilakukan kajian untuk mengatasi berbagi problema tadi. Aktivitas melakukan
kajian menghasilkan konsep dan prilaku mengatasi problem pendidikan islam
tersebut merupakan makna dari Filsafat Pendidikan Islam.
Sebenarnya antara kajian mendalam, menyeluruh dan
spekulatif merumuskan konsep dasar pendidikan islam dengan pikiran mengatasi
problematika pendidikan Islam sulit untuk dapat dipisahkan secara tegas, sebab
ketika suatu problem pendidikan islamdipecahkan melalui hasil sebuah kajian
mendasar menyeluruh, maka hasil tersebut sesungguhnya menjadi konsep
dasar pelaksanaan pendidikan islam selanjutnya. Sebaliknya ketika suatu rumusan
pemikiran pendidikan islam dibuat, misalnya konsep pendidikan di era
globalisasi yang penuh persaingan kualitatif maka sebetulnya konsep yang
dihasilkan tadi merupakan antisipatif menghadapi problem pendidikan islam di
era millenium III yang di tandai globalisasi informasi dan persaingan
kualitatif[5]
Perpaduan antara agama dan akal fikiran membuat kita
untuk menjelaskan persoalan khusus (misalnya tentang universalisme), pemikiran
pengakuan, dan menjawab keberatan-keberatan utama yang ditujukan pada solusi
Aristotealismenya, yaitu dengan menyempurnakan metode skolastiknya
C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Pemikiran dan
kajian tentang Filsafat Pendidikan Islam menyangkut 3 hal pokok, yaitu:
penelaahan tentang filsafat, pendidikan dan penelaahan tentang islam. Karena
itu, setiap orang yang berminat dan menerjunkan diri dalam dunia Filsafat Pendidikan
Islam seharusnya memahami dan memiliki modal dasar tentang filsafat, pendidikan
dan Islam.
Kajian dan pemikiran mengenai pendidikan pada dasarnya menyangkut aspek yang sangat luas dan menyeluruh bahkan seluruh aspek kebutuhan dan/atau kehidupan umat manusia, khususnya umat islam. Ketika dilakukan kajian dan dirumuskan pemikiran mengenai tujuan Pendidikan Islam, maka tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup umat manusia. Karena tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya dalam rangka mencapai tujuan hidup umat manusia, sehingga esensi dasar tujuan pendidikan islam sebetulnya sama dengan tujuan hidup umat manusia. Menurut Ahmad D. Marimba sesungguhnya tujuan pendidikan islam identik dengan tujuan hidup setiap muslim Sebagai contoh, firman Allahh dalam surah Ali Imran (3) ayat 102: “hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan ketaqwaan yang sempurna dan janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan muslim”.Ayat ini menggambarkan tujuan hidup umat manusia Islam yang harus mencapai derajat ketaqwaan, di mana ketaqwaan itu harus senantiasa melekat dalam kehidupan umat manusia hingga akhir hayatnya. Filsafat Pendidikan Islam merumuskan tujuan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan hidup umat manusia. Bila tujuan hidup umat islam untuk mencapai derajat ketaqwaan yang sempurna sebagaimana disebutkan di atas, maka tujuan pendidikan islam yang dirumuskan Filsafat Pendidikan Islam tentu pembinaan peserta/anak didik rangka menjadi manusia muttaqin. Dengan demikian, mewujudkan ketaqwaan dalam diri setiap individu umat islam guna mencapai posisi manusia muttaqin selain menjadi tujuan hidup setiap muslim sekaligus pula menjadi tujuan akhir pendidikan Islam[6]
Kajian dan pemikiran mengenai pendidikan pada dasarnya menyangkut aspek yang sangat luas dan menyeluruh bahkan seluruh aspek kebutuhan dan/atau kehidupan umat manusia, khususnya umat islam. Ketika dilakukan kajian dan dirumuskan pemikiran mengenai tujuan Pendidikan Islam, maka tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup umat manusia. Karena tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya dalam rangka mencapai tujuan hidup umat manusia, sehingga esensi dasar tujuan pendidikan islam sebetulnya sama dengan tujuan hidup umat manusia. Menurut Ahmad D. Marimba sesungguhnya tujuan pendidikan islam identik dengan tujuan hidup setiap muslim Sebagai contoh, firman Allahh dalam surah Ali Imran (3) ayat 102: “hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan ketaqwaan yang sempurna dan janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan muslim”.Ayat ini menggambarkan tujuan hidup umat manusia Islam yang harus mencapai derajat ketaqwaan, di mana ketaqwaan itu harus senantiasa melekat dalam kehidupan umat manusia hingga akhir hayatnya. Filsafat Pendidikan Islam merumuskan tujuan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan hidup umat manusia. Bila tujuan hidup umat islam untuk mencapai derajat ketaqwaan yang sempurna sebagaimana disebutkan di atas, maka tujuan pendidikan islam yang dirumuskan Filsafat Pendidikan Islam tentu pembinaan peserta/anak didik rangka menjadi manusia muttaqin. Dengan demikian, mewujudkan ketaqwaan dalam diri setiap individu umat islam guna mencapai posisi manusia muttaqin selain menjadi tujuan hidup setiap muslim sekaligus pula menjadi tujuan akhir pendidikan Islam[6]
Dari beberapa uraian tadi dapat diketengahkan bahwa pada
dasarnya ruang lingkup kajian Filsafat Pendidikan Islam bertumpu pada
pendidikan islam itu sendiri, baik menyangkut rumusan/konsep dasar pelaksanaan
maupun rumusan pikiran antisipatif mengatasi problematika yang dihadapi dalam
pelaksanaan pendidikan Islam.
Dimana
arah dan ruang lingkup Filsafat Pendidikan Islam mempunyai dua orientasi;
objektif teoritis dan objektif praktis. Orientasi pertama menghendaki penelitian
agama agar bersifat murnidan teoritis melalui bidang-bidang berikut:
ü Tradisi agama
yang mencakup sumber-sumber ajaran agama yang diyakini sebagai sumber kebenaran
abadi.
ü Bidang yang mencakup dasar-dasar eksistensi
agama yang dapat dilakukan dengan pendekatan teologis
ü Bidang yang menyangkut prilaku kegamaan dan
aturan-aturan agama yang mengatur bagaimana pemeluk agama harus berrilaku
sesuai dengan ajaran agamanya.
ü Bidang
eksperimen atau pengalaman keagamaan, baik pengalaman pribadi maupun masyarakat
penganut agama
Dengan
adanya pendidikan ini maka dapat diketahui bakat dan kemampuan anak-anak didik,
sehingga bakat dan kemampuan tersebut dapat di bina dan dikembangkan. Dan
menjadi tugas seorang pendidik utnuk membntu anak didik untuk mengetahui bakat
dan kemampuannya. Di samping itu, pendidik juga berkewajiban untuk menemukan
kesulitan-kesulitan yang membatasi perkembangan potensinya serta membantu
menghilangkan hambatan itu untuk mencapai kemajuan anak didik[7]
Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan
fikiran kefilsafatan tentang pendidikan terutama pendidikan islam, kiranya
perlu di ikuti pola dan sistem pemikiran dan kefilsafatan pada umumnya.Adapun
pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah sebagai
berikut.
1.
Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti
bahwa cara berfikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan
yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis artinya satu
bagian dengan bagian yang lainnya saling berhubungan secara bulat dan terpadu.
2.
Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal
artinya menyangkut persoalan-persoalan sampai ke akar-akarnya.
3.
Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya
persoalan-persoalan yang difikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan
mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tignkat kenyataan yang ada di alam
ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik di masa sekarang maupun di masa
mendatang.
4. Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih
bersifat spekulatif , artinya pemikiran yang tidak di dasari pembuktian-pembuktian
empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), tetapi mengandung
nilai-nilai objektif, oleh karena permasalahannya adalah suatu realitas
(kenyaaan) yang ada pada objek yang difikirnkannya[8]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh
yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya
setelah mengetahui pengetahuan itu. Pendidikan adalah ikhtiar atau usaha
manusia dewasa untuk mendewasakan peserta didik agar menjadi manusia mandiri
dan bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun segala sesuatu di luar
dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya. Islam adalah agama yang seluruh ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis dalam
rangka mengatur dan menuntun kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah,
sesama manusia dan dengan alam semesta
Filsafat
Pendidikan Islam adalah suatu aktifitas befikir menyeluruh dan mendalam dalam
rangka merumuskan konsep, menyelenggarakan dan/atau mengatasi berbagai problem
Pendidikan Islam dengan mengkaji kandungan makna dan nilai-nilai dalam
Al-Qur’an dan Al-Hadis.Pemikiran dan kajian tentang Filsafat Pendidikan Islam
menyangkut 3 hal pokok, yaitu: penelaahan
tentang filsafat, pendidikan dan penelaahan tentang islam.
DAFTAR PUETAKA
Aziz, abdul. Filsafat pendidikan islam. tulungagung:elkaf.2006.
Nata, abudin. Pemikiran pendidikan islam.jakarta:raja
gafarindo persada.2011.
Suharto, toto. Filsafat pendidikan islam.edisi
baru .jogjakarta:Ar-ruzz media.201.
Syar’I, ahmad, Filsafat
Pendidikan Islam. cetakan ke 1.Jakarta.
Pustaka Firdaus, 2005.
Zuhairini, Filsafat
Pendidikan Islam ,cetakan ke4, Jakarta.
Bumi Aksara, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar