BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian teknik supervisi individu
Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono dalam “Supervisi Pendidikan” mengemukakan bahwa teknik supervisi
individual adalah pelaksanaan supervisi peseorangan terhadap guru[1]
Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru, sehingga dari hasil
supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Selain itu euis karwati
dan donni juni priansa dalam “ kinerja dan profesionalime kepala sekolah “ mengemukakan
bahwa teknik supervisi individual adalah teknik yang digunakan pada pribadi
yang mengalami masalah kusus dan memerlukan bimbingan tersendiri dari kepala
sekolah[2]
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa teknik supervisi individual
adalah pelaksanaan supervisi yang hanya ditujukan kepada satu orang guru saja.
Kegiatan supervisi tidak berlaku pada dua orang guru atau lebih.
B.
Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual menurut sahertian adalah teknik yang
digunakan pada pribadi yang mengalami masalah kusus dan memerlukan bimbingan
tersendiri dari kepala sekolah, teknik supervisi yang bersifat individual
antara lain:[3]
1.
Kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah
teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, di mana ia mengunjungi kelas tempat
guru mengajar untuk mengamati suasana belajar di kelas itu. Teknik ini
bertujuan untuk membantu guru-guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi di kelas Kunjungan yang dilakukan juga berfungsi untuk membantu
pertumbuhan profesionalisme guru ataupun supervisor, karena memberi kesempatan
untuk meneliti prinsip dan hal belajar mengajar itu sendiri. Dengan data
tersebut antara guru dengan kepala sekolah akan terjalin komunikasi tentang
kesulitan yang di hadapi guru dan kemudian mencari solusinya, kunjungan kelas
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu sebagai berikut:[4]
a)
Kunjungan kelas tanpa
di beri tahu
Dalam kunjungan ini supervisor datang ke kelas secara tiba-tiba
tanpa memberi tahu terlebih dahulu, segi positif dari kunjungan ini adalah
supervisor dapat melihat keadaan sebenarnya tanpa di buat-buat hal seperti ini
dapat membiasakan guru untuk selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya sementara
segi negatifnya adalah guru menjadi gugup sehingga hasil dari penampilanya
menjadi kurang memuaskan.
b)
Kunjungan atas undangan
guru
Kunjungan ini menandakan bahwa guru mempunyai usaha dan motivasi untuk
mempersiapkan diri dan membuka diri agar ia dapat memperoleh balikan dan
pengalaman baru dari hasil perjumpaanya dengan supervisor, segi positif dari
kunjungan ini adalah bagi supervisor ia dapat belajar berbagi pengalaman dalam
berdialog dengan guru, sedang bagi guru ia akan lebih mudah memperbaiki dan
meningkatkan kemampuanya karena motivasi belajar dari pengalan dan bimbingan
dari supervisor tumbuh dari dirinya sendiri, sisi negatif dari kunjungan ini
adalah adanya timbul sikap manipulasi yaitu di buat-buat untuk menoonjolkan
diri
c)
Kunjungan pemberitahuan
terlebih dahulu
Biasanya supervisor telah memberi jadwal terlebih dahulu guna
kunjunganya sehingga guru tahu pada hari dan jam berapa ia akan di kunjungi,
segi positif dari kunjungan ini adalah supervisor dapat merencanakan kunjungan
yang sangat tepat sehingga ia mempunyai konsep pengembangan yang kontinu dan
terencana, bagi guru ia dapar mempersiapkan sebaik-bainya, sementara dari sisi
negatifnya adalah guru sengaja mempersiapkan diri sehingga ada kemungkinan
timbul hal-hal yang di buat-buat dan serba berlebih-lebihan.
Didalam pelaksanaan Tahap-tahap Kunjungan Kelas Menurut
Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, tahapan `kunjungan kelas terdiri dari
beberapa tahap berikut[5]
a) Tahap persiapan
Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu,
sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas. Di samping itu, ada
beberapa hal yang perlu diketahuinya sebelum melakukan kunjungan, yaitu:
- Hal-hal yang menyangkut
keadaan guru seperti kepribadiannya, pengetahuannya, keadaan fisik dan
mentalnya, serta status sosial dan lain-lainnya.
-
Situasi lingkungan sekitar sekolah yang turut memberikan pengaruh.
-
Keadaan pendidikan dan lingkungan anak-anak di rumah
-
Informasi tentang problema yang dihadapi guru-guru
b) Tahap pengamatan selama kunjungan
Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses
pembelajaran yang sedang berlangsung.
c) Tahap akhir kunjungan
Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan
perjanjian atau kesepakatan untuk membicarakan hasil-hasil kunjungan.
d)
Tahap tindak lanjut
Pada tahap ini, supervisor telah menyimpulkan dan
menguasai permasalahan dari data yang diperoleh. Selanjutnya ia merumuskan
langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai solusi untuk permasalahan yang ada.
2.
Melakukan observasi kelas
Melalui perkunjungan kelas, seorang supervisor dapat mengobservasi
situasi belajar mengajar yang sebenarnya dalam hal ini ada dua observasi kelas
yang pertama observasi langsung yaitu supervisor mencatat absen yang dilihat
pada saat guru sedang mengajar dengan menggunakan alat observasi, kedua yaitu
observasi tidak langsung orang yang di observasi di batasi oleh ruangan kaca sehingga
siswa tidak mengetahui (biasanya dilakukan di laboratorium untuk pengajaran
mikro.)[6]
Berikut adalah beberapa tujuan observasi
a)
Untuk
memperoleh data yang subjektif mungkin sehingga bahan yang di peroleh dapat
digunakan untuk menganalisis kesulitan yang di alami guru dalam usaha
memperbaiki situasi belajar mengajar.
b)
Bagi
guru, data yang di analisis dapat membantu untuk mengubah cara-cara mengajar ke
arah yang lebih baik.
c)
Bagi
siswa akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap
kemajuan
belajar. [7]
Hal-hal yang
perlu di observasi antara lain adalah sebagai berikut
a)
Usaha
dan kegiatan guru dan siswa.
b)
Usaha
dan kegiatan antara guru dan siswa dalam hubungan dengan penggunaan bahan dan
alat pelajaran.
c)
Usaha
dan kegiatan guru dan siswa dalam memperoleh pengalaman belajar.
d)
Lingkungan
sosial, fisik sekolah, baik di ruangan maupun diluar ruangan dan faktor
penunjang lainya.[8]
Adapun kriteria yang di pakai dalam onservasi haruslah
memperhatikan hal-hal berikut:
a)
Bersifat
objektif yaitu bahwa sesuatu yang di catat adalah data sebenarnya tanpa ada
pengaruh unsur objektif dari supervisor.
b)
Apa
yang dicatat harus mengenai sasaran seperti apa yang dimaksut sering terjadi
orang mencatat sesuatu bukan berdasarkan apa yang dilihatnya melainkan apa yang
dipikirkan sehingga data menjadi kurang valid (tepat)
c)
Data
yang di peroleh harus berupa data yang dapat dipercaya dalam observasi kelas
sebaiknya hanya mencatat apa yang dilihat bukan mencatat apa yang di pikirkan.[9]
Adapun peralatan atau perlengkapan dalam pelaksanaan observasi yang
berupa cheklis, cheklis adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dalam
memperlengkapi keterangan-keterangan yang lebih objektif dalam pelaksanaan
belajar mengajar di dalam kelas, cheklis berupa daftar yang berisi
daftar-daftar item yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu dan si penjawab
hanya menjawab item tersebut,[10]
1)
Cheklis
dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut
a) Evaluative check-list
Evaluative check-list adalah suatu daftar yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang disusun
secara berkelompok dan merupakan standar beserta penilaiannya. Misalnya,
pertanyaan tentang keaktifan antara guru dan murid, perhatian murid-murid
ketika guru menyajikan pelajaran, dinamika kelas dan sebagainya. Susunannya
dapat berupa pernyataan (statement) atau item-item yang dijawab
dengan “ya” atau “tidak”.
b) Activity check-list
Activity check-list adalah suatu daftar
kegiatan yang dijawab oleh si pengamat dengan cara mengecek. Daftar tersebut
berisi pertanyaan-pertanyaan khusus tentang kegiatan yang biasanya dicek dengan
memakai skala “ya” atau “tidak”.
Pada prinsipnya, kedua jenis check-list ini
sama, hanya pada evaluative check-list pertanyaan-pertanyaan itu
bersifat evaluatif, sedangkan pada activity check-list, lebih
menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan belajar.
2) Factual Record
Factual record adalah suatu catatan
yang didasarkan pada kenyataan yang ada Catatan-catatan itu hanya bersifat
melengkapi sebagian dari apa telah dilakukan dalam kegiatan observasi.[11]
Bentuk catatan ini juga dapat dibedakan kepada dua macam,
yakni:
a)
Attention chart
Attention chart adalah daftar yang
berisi simbol atau kode memberikan gambaran tentang status murid-murid yang
memberikan perhatiannya terhadap hal mengajarnya guru Dan berdasarkan kode
tersebut, maka dapat dianalisis tingkat perhatian murid dalam proses tanya
jawab selama pembelajaran berlangsung.[12]
2) Participation chart
Participation chart adalah daftar yang
digunakan untuk mencatat partisipasi murid-murid di dalam kelas. Dengan daftar
tersebut, kita dapat melihat dan menyelidiki reaksi-reaksi murid, sering atau
tidaknya murid berpartisipasi, aktif atau tidaknya murid, dan sebagainya.
Participation chart ini, juga dibedakan
atas dua bentuk, yaitu quantity participation chart dan quality
participation chart.
Quantity participation chart merupakan daftar partisipasi murid dilihat dari segi kuantitasnya atau
berapa banyak partisipasi yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran.
Adapun cara-caranya adalah sebagai berikut:
-
Tiap murid yang ikut berpartisipasi, diberi tanda x atau 1 di belakang
namanya.
-
Banyak partisipasi yang dilakukan murid dijumlahkan.
Quality participation chart adalah daftar partisipasi murid dilihat dari segi kualitasnya yang meliputi
positif atau negatifnya sumbangan pemikirannya, dan berarti atau tidaknya
sumbangan pemikirannya Cara-cara yang dilakukan adalah:
-
Tiap murid yang ikut memberikan sumbangan pemikirannya diberi tanda-tanda
berikut:
+ = bila sumbangan pikirannya positif
- = bila sumbangan
pikirannya negatif
? = bila sumbangan pikirannya merupakan
suatu pertanyaan
0 = bila sumbangan pikirannya tidak
berarti apa-apa
- Masing-masing sumbangan tersebut
dijumlahkan
3.
Melakukan interviu pribadi
Interviu ini dilakukan oleh supervisor dengan seorang guru untuk
membahas bagaimana mengajar yang baik[13], tujuan
dari melakukan interviu pribadi adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
2.
Memupuk
dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi.
Menurut George Kyte ada dua jenis percakapan
melalui kunjungan yaitu:
a. Percakapan pribadi setelah kunjungan kelas (bersifat formal)
Percakapan jenis ini terjadi ketika ada kesepakatan
bersama antara supervisor dan guru untuk mengadakan individual conference
setelah kunjungan dilaksanakan, guna membicarakan hasil kunjungan tersebut.
b. Percakapan pribadi seperti percakapan biasa sehari-hari
Biasanya percakapan ini berlangsung layaknya kegiatan
ramah-tamah sehari-hari, di mana guru mengemukakan suatu problema kepada
supervisor atau sebaliknya. Umpamanya, sebelum sekolah mulai, sebelum mengajar,
pada waktu istirahat, atau sesudah mengajar. Dalam hal ini, keduanya secara tak
langsung mengemukakan suatu pertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran.
Swearingen mengklasifikasikan percakapan individual
kepada empat jenis percakapan berikut[14]
1.
Classroom-conference, yaitu
percakapan individualyang dilaksanakan di dalam kelas ketika para peserta didik
sedang meninggalkan kelas (istirahat).
2.
Officeroom-conference, yaitu percakapan
individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana
sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan
penjelasan pada guru.
3.
Causal-conference, yaitu percakapan
individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan.
4.
Observational-visitation, yaitu percakapan
individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau
observasi kelas.
4. Mengunjungi antar kelas
Kunjungan antar kelas,
maksudnya adalah guru yang satu dengan guru yang lainnya saling mengunjungi
kelas satu sama lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk saling
berbagi pengalaman dalam pembelajaran[15],
sedangkan menurut suhertian yang di kutip oleh maryono dalam , “dasar-dasar dan teknik menjadi supervisor pendidikan” adalah
intervisitation merupakan saling mengunjungi antara guru yang satu dengan guru
yang lain yang sedang mengajar[16].
Mengunjungi
antar kelas ini adapun kelebihan-kelebihany sebagai berikut:
a. Memberi kesempatan mengamati rekan lain yang sedang memberi pelajaran.
b. Membantu guru-guru yang ingin memperoleh pengalaman atau ketrampilan
tentang teknik atau metode mengajar serta berguna bagi guru-guru yang
menghadapi kesulitan tertentu dalam mengajar.
c. Memberi motivasi yang terarah terhadap aktivitas mengajat rekan guru mudah
belajar dari temanya sendiri.
Adapun jenis-jenis intervisitation adalah sebagai
berikut:
1.
Supervisor memberikan arahan kepada seorang guru yang mengalami kesulitan,
untuk melihat rekan-rekan guru lain yang mengajar. Guru yang ditunjuk, tentunya
adalah orang yang memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup dalam
menggunakan teknik-teknik mengajar.
2.
Di kebanyakan sekolah, kepala sekolah menganjurkan kepada guru-guru agar
saling mengunjungi rekan-rekan di kelas atau sekolah lain. Tetapi untuk bentuk
yang kedua ini, ini diperlukan perencanaan dan musyawarah terlebih dahulu.
5. Menilai diri sendiri
Sebagaimana seorang tenaga pendidik yang profesional
guru harus dapat menilai kemampuan dirinya sendiri terutama dalam hal kewajiban
bahan pelajaran penilaian terhadap diri diri sendiri merupakan teknik yang
dapat membantu guru dalam pertumbuhanya Dosen atau guru yang disupervisi dan
supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat memberikan
nilai tambah pada hubungan dosen atau guru dan supervisor tersebut, yang akhirnya akan memberikan
nilai positif bagi
kegiatan belajar mengajar
yang baik. Menilai
diri sendiri merupakan tugas yang
tidak mudah , karena suatu pengukuran terbalik, karena selama ini dosen atau
guru hanya menilai siswa atau mahasiswanya saja,[17] jadi
Menilai diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri
secara obyektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri. Adapun
cara yang dapat dilakukan dalam upaya menilai diri sendiri ialah[18]
a.
Membuat suatu daftar
pandangan atau pendapat yang ditujukan kepada murid untuk menilai pekerjaan
atau aktivitas guru.biasanya disusun dalam bentuk bertanya baik secara tertutup
maupun terbuka dan tidak perlu memakai nama.
b.
Menganalisa tes-tes
terhadap unit-unit kerja.
c.
Mencatat aktivitas
murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja kelompok maupun
perseorangan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teknik supervisi
individual adalah teknik pelaksanaan kegiatan supervisi terhadap satu orang
guru, tidak ditujukan kepada dua orang guru atau lebih. Dalam pelaksanaan
supervisi, ada bebrapa teknik yang dapat diterapkannya di dalamnya, yaitu
antara lain:
1. Kunjungan kelas (classroom visitation)
2. Observasi kelas (classroom observation)
3. Pertemuan/percakapan pribadi (individual conference)
4. Kunjungan antar kelas (intervisitation)
5. Menilai diri sendiri (self evaluation check-list)
DAFTAR
PUSTAKA
Euis karwati, priansa, donni juni, kinerja dan profesionalisme
kepala sekolah,jakarta:alfabeta,2013.
Imam wahyudi, pengembangan pendidikan,cetakan pertama, jakarta:prestasi
putrakarya, 2012.
Juliani, Retno djohar, “model pendekatan dan teknik supervisi
pendidikan di perguruan tinggi”jurnal supervisi pendidikan,(201)15:10.
Maryono, dasar-dasar & teknik enjadi supervisor pendidikan,
maguoharjo:AR-RUZZ MEDIA, 2011.
Tim dosen administrasi pendidikan universitas pendidikan indonesia,
manajemen pendidikan, bandung:alfabeta,2014.
[1]Prasojo, Lantip Diat, & Sudiyono. Supervisi Pendidikan. Edisi
Revisi (Yogyakarta:Penerbit Gava Media,2011),29.
[2] EUis karwati,
priansa, donni juni, kinerja dan profesionalisme kepala sekolah, (bandung
:alfabeta,2013),227.
[3] Ibid,227.
[4] Maryono,
dasar-dasar dan teknik menjadi supervisor pendidikan, (maguoharjo: AR-RUZZ
MEDIA,2011),29.
[6] Imam wahyudi, pengembangan
penddikan,( jakarta:prestasi pustaka,2012),51.
[7] Maryono, dasar-dasar
dan teknik menjadi supervisor pendidikan,(maguoharjo: AR-RUZZ MEDIA,2011),31.
[8] Ibid.,32.
[9] Ibid.,32.
[10] Maryono, dasar-dasar dan teknik menjadi
supervisor pendidikan,(maguoharjo: AR-RUZZ MEDIA,2011),33.
[11] Ibid.,34.
[12] Maryono, dasar-dasar
dan teknik menjadi supervisor pendidikan,(maguoharjo: AR-RUZZ
MEDIA,2011),33.
[13] Tim dosen
administrasi pendidikan universitas penddikan indonesia, manajemen
pendidikan, cet-7,( bandung:alfabeta,2014).317.
[15] Tim dosen
administrasi pendidikan universitas penddikan indonesia, manajemen
pendidikan, cet-7,( bandung:alfabeta,2014).317.
[16] Maryono, dasar-dasar
dan teknik menjadi supervisor pendidikan,38.
[17] Juliani, Retno
djohar, “model pendekatan dan teknik supervisi pendidikan di perguruan tinggi”,
jurnal supervisi pendidikan 15, (201),10.
[18] Maryono, dasar-dasar
dan teknik menjadi supervisor pendidikan,39.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar