BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Diberlakukannya
Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Permenpan RB
no.16 tahun 2009 (tahun 2013), tentang jabatan fungsional guru dan angka
kreditnya menunjukkan bahwa guru merupakan jabatan profesional. Terlebih
lagi di dalam pasal 14 dan 15 Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa guru
berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial, meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada
gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional,
tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai
guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
Bagi
para guru pengakuan dan penghargaan di atas harus dijawab dengan meningkatkan
profesionalitasnya dalam bekerja. Guru tidak selayaknya bekerja as
usualseperti era sebelumnya, melainkan harus menunjukkan kompetensi dan
tanggung jawabnya yang tinggi. Setiap kinerjanya harus dapat dipertanggung
jawabkan baik secara publik maupun akademik. Untuk itu ia harus memiliki
landasan teoretik atau keilmuan yang mapan dalam melaksanakan tugas mengajarnya
maupun membimbing peserta didik.
Dalam kegiatan pembelajaran,
seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai persoalan baik
menyangkut peserta didik, subject matter, maupun metode
pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru harus mampu membuat professionaljudgement yang
didasarkan pada data sekaligus teori yang akurat. Selain itu guru
juga harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus
menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal. Untuk
mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan kemampuan meneliti,
khususnya Penelitian Tindakan Kelas.
B.
Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari penelitian tindakan kelas?
2. Bagaimana model dari penelitian tindakan keas?
3. Bagaimana prosedur pelaksanaan penelitian kelas?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian penelitian tindakan kelas
Menurut Kemmis (dalam Anonim, 2012), Penelitian Tindakan adalah
suatu bentuk penelitian flektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka. Menurut
Sulipan (dalam Anonim, 2012), Penelitian tindakan kelas (PTK) berarti
penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan
yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Menurut Niff (dalam Anonim, 2013) dengan tegas mengatakan.
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif
yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat
untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran.
Menurut
Sanjaya (2013), PTK (penelitian tindakan kelas) adalah proses pengkajian
masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk
memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam
situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan
tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu proses pengkajian
masalah pembelajaran di dalam kelas dengan cara melakukan berbagai tindakan
yang terencana untuk menyelesaikan masalah tersebut.[1]
Dari konsep di atas, ada beberapa hal yang harus kita garis bawahi.
Pertama, PTK adalah suatu proses, artinya PTK merupakan rangkaian kegiatan dari
mulai menyadari adanya masalah, kemudian merencanakan tindakan untuk memecahkan
masalah, mengimplementasikan dan merefleksi terhadap tindakan yang telah
dilakukannya. Kedua, masalah yang dikaji adalah masalah pembelajaran yang
terjadi secara nyata di dalam kelas, artinya PTK memfokuskan pada masalah yang
berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru di
dalam kelas. Ketiga, PTK dimulai dan diakhiri dengan kegiatan refleksi diri
oleh guru, artinya yang melaksanakan PTK itu sendiri adalah guru. Guru
merupakan pemeran utama dalam PTK. Keempat, dalam PTK dilakukan berbagai
tindakan, artinya PTK bukan hanya sekedar ingin mengetahui sesuatu akan tetapi
adanya aksi dari guru untuk proses perbaikan. Kelima, PTK dilakukan dalam
situasi nyata, artinya aksi yang dilakukan guru dilaksanakan dalam setting
pembelajaran yang sebenarnya tidak mengganggu program pembelajaran yang sudah
direncanakan.
Sesuai dengan konsep di
atas, maka ada tiga tujuan utama pelaksanaan PTK, yaitu (1) PTK diarahkan untuk
memperbaiki kinerja guru; (2) menumbuhkan sikap profesional guru; dan (3)
peningkatan situasi tempat praktik berlangsung.
1. Memperbaiki Kinerja
PTK sebagai penelitian tindakan berbeda dengan penelitian kelas. Faktor
pendorong apda penelitian kelas biasanya keinginan untuk mengetahui atau
keinginan untuk mengembangkan sesuatu. Sehingga dalam penelitian kelas guru
berperan hanya sebagai objek penelitian, yang kadang-kadang hasilnyapun tidak
dapat dimanfaatkan oleh guru itu sendiri. Berbeda denganpenelitian
tindakan kelas (PTK). Faktor pendorong pada PTK adalah keinginan untuk
memperbaiki kinerja guru. Dengan demikian guru berperan sebagai subjek
penelitian yang merancang penelitian serta mengimplementasikannya.
Pada umumnya tujuan
penelitian adalah untuk menemukan atau untuk menggeneralisasikan sesuatu
terlepas dari kebutuhan dan tuntutan masyarakat pada umumnya. Oleh karenanya,
hasil sebuah penelitian kadang-kadang sulit untuk bisa diterapkan oleh para
praktisi di lapangan. Hal ini mungkin disebabkan oleh dua hal, pertama
penelitian pada umumnya lebih banyak berangkat dari konsep-konsep yang hanya
dipahami oleh kalangan tertentu sehingga tidak menyentuh kebutuhan lapangan
secara riil dan pasti. Kedua, sulit memasyarakatkan atau menyebarkan hasil
penelitian kepada para praktisi dengan berbagai alasan, sehingga hasil
penelitian hanya banyak menghiasi perpustakaan perguruan tinggi yang sulit
untuk dijangkau dan tidak bisa diterapkan.
Hal ini berbeda dengan PTK. Masalah yang dikaji oleh peneliti adalah
masalah yang dirasakan oleh para praktisi misalnya oleh guru ketika melakukan
proses pembelajaran di dalam kelas. Tujuan yang ingin dicapai oleh PTK adalah
untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dirasakannya sebagai upaya
meningkatkan kualitas praktek dilapangan. Dengan demikian, dalam pelaksanaanya
guru terlibat secara langsung dari memulai merancang sampai melaksanakan PTK
itu sendiri, terlepas dari siapa yang melaksanakan PTK itu.
2. Mendorong Sikap Profesional Guru
Menurut sanjaya salah
satu sifat dari seorang profesional adalah keinginannya untuk meningkatkan
kualitas kinerja agar lebih baik untuk mencapai hasil yang lebih optimal.
Seorang profesional tidak akan cepat puas dari hasil yang diperolehnya. Ia akan
selalu mencari dan menggali informasi dari berbagai sumber, kemudian mencoba
dan mencoba sesuatu baru hingga hasil yang diperoleh akan semakin sempurna.
Seorang profesional akan selalu tanggap terhadap setiap perubahan baik
perubahan sosial maupun perubahan dan perkembangan bidang ilmu yang
digelutinya, yang kesemuanya itu akan mempengaruhi bagaimana seharusnya ia
melaksanakan tugasnya.
PTK adalah salah satu sarana yang dapat mengembangkan sikap profesional
guru. Melalui PTK guru selalu berupaya meningkatkan kemampuannya dalam
pengelolaan proses pembelajaran. Guru akan selalu dituntut untuk mencobakan
hal-hal yang dianggap baru dengan mempertimbangkan pengaruh perubahan dan
perkembangan sosial.
3. Peningkatan Situasi Tempat Praktek Berlangsung
Dewasa ini, ilmu pengetahuan
dan teknologi berkembang sangat pesat, yang memungkinkan, setiap orang dapat
dengan mudah mendapatkan informasi. Perkembangan piranti komputer misalnya,
bukan hanya sekedar kuantitas dapat menyajikan ilmu pengetahuan baru, akan
tetapi juga dapat mempengaruhi gaya belajar seseorang. Guru yang profesional
dalam mengerjakan tugas mengajarnya, akan selalu memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan baru untuk meningkatkan kinerjanya dan PTK adalah salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk menguji dan sekaligus memanfaatkan berbagai
rekayasa teknologi untuk meningkatkan kualitas megajarnya.
Dari penjelasan di
atas, maka yang sangat berkepentingan terkait dengan pelaksanaan PTK adalah
guru itu sendiri, sebab memang PTK didesain untuk guru. Menurut Borg (dalam
Sanjaya, 2013) menyebutkan bahwa tugas utama dalam PTK adalah mengembangkan
keterampilan guru yang berngkat dari adanya kebutuhan untuk menanggulangi
berbagai permasalahan pembelajaran yang bersifat aktual di dalam kelasnya atau
di sekolahnya sendiri dengan atau tanpa adanya program latihan secara khusus.
Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa PTK tumbuh dari keinginan guru, bukan
karena paksaan atau tugas dari atasannya yaitu untuk menyelesaikan masalah
praktis yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan tujuan PTK di
atas, maka PTK memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Tujuan
utama PTK adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. PTK berbeda
dengan penelitian terapan lainnya. Pada umumnya penelitian formal
dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian ilmiah yang ketat sehingga
hasilnya lebih bersifat konseptual yang kadang-kadang tidak berkontribusi
terhadap pemecahan masalah yang bersifat praktis dan langsung dihadapi oleh
guru. Lain halnya dengan PTK, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran secara praktis, sehingga kadang-kadang pelaksanaannya sangat
situasional dan kondisional yang kadang-kadang kurang memerhatikan
kaidah-kaidah ilmiah.
2) Masalah
yang dikaji dalam PTK adalah masalah yang bersifat praktis. PTK berangkat dari
keresahan yang dialami guru dalam pengelolaan proses pembelajaran. Oleh karena
itu, dari mulai proses perencanaan, pelaksanaan tindakan sampai pada proses
penyimpulan guru merupakan pemeran utama. Karena alasan yang demikian PTK
sering dinamakan penelitian praktis, artinya penelitian yang berangkat dari
hal-hal nyata yang dirasakan oleh setiap guru.
3) Fokus
utama penelitian adalah proses pembelajaran. PTK dilaksanakan untuk memperbaiki
proses pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang maksimal.
Oleh karena itu, PTK dilaksanakan dalam setting kelas yang
sesungguhnya, bukan kelas yang direkayasa untuk penelitian. Pelaksanaan PTK
sebaiknya tidak mengubah program pembelajaran yang telah disusun.
4) Tanggung
jawab pelaksanaan dan hasil PTK ada pada guru sebagai praktisi. PTK dirancang
dan dilaksanakan oleh guru itu sendiri. Maka guru bertanggung jawab baik dalam
melaksanakan maupun dalam menyimpulkan hasil penelitian.[2]
B.
Model-model PTK
Banyak model yang dapat kita gunakan sebagai pedoman dalam merancang dan
melaksanakan penelitian tindakan kelas. Berikut model-model PTK yang
akan dijelaskan di bawah ini adalah model-model penelitian
tindakan yang dapat kita terapkan dalam PTK.
1. Model Kurt Lewin
Model ini adalah model yang mendasari model-model yang lainnya yang
berangkat dari model action research. Kurt Lewin menjelaskan bahwa
ada empat hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian
tindakan yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Pelaksanaanpenelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu
lingkaran yang terus-menerus.
Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari
suatu ide gagasan penelitian, sedangkan tindakan adalah perlakukan yang
dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh
peneliti. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui
efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan
(kekurangan) tindakan yang telah dilakukan. Refleksi adalah kegiatan analisis
tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau perencanaan baru.[3]
2. Penelitian Model Elliot
Model penelitian yang dikembangkan oleh Elliot adalah model yang menekankan
kepada proses untuk mencobakan hal-hal baru dalam proses pembelajaran. Langkah
pertama yang dilakukan menurut Elliot (Sanjaya, 2013) adalah menentukan dan
mengembangkan gagasan umum yang dilanjutkan dengan melakukan eksplorasi yakni
studi untuk mempertajam gagasan atau ide. Manakala peneliti sudah merasa cukup,
selanjutnya melakukan rencana secara menyeluruh dan berdasarkan rencana
tersebut selanjutnya melakukan tindakan pertama yang selama pelaksanaannya
dilakukan monitoring dan eksplorasi. Hasil dari monitoring dan
eksplorasi penieliti dapat melakukan tindakan kedua atau kembali merevisi
rencana.[4]
3. Model Ebbut
Penelitian tindakan ini dikatakan model Ebbut sebab dikembangkan oleh
Ebbut pada sekitar tahun 1985. Ebbut beranggapan bahwa suatu penelitian
tindakan harus dimulai dari adanya gagasan awal. Gagasan awal adalah
didorong oleh keinginan peneliti untuk melakukan suatu perbaikan proses untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih optimal. Berdasarkan gagasan awal itu, kemudian
peneliti berupaya menemukan berbagai tindakan apa saja yang harus dilakukan
untuk menyelesaikannya. Berbekal pengetahuan hasil dari proses analisis,
selanjutnya peneliti menyusun rancangan utama yang berisi tentang
langkah-langkah yang dapat dilakukan yang kemudian diimplementasikan. Selama
proses
implementasi dilakukan monitoring untuk mnelihat pengaruh
yang ditimbulkan oleh adanya tindakan atau perlakuan peneliti. Dari hasil monitoring itulah
selanjutnya disusun penjelasan tentang berbagai kegagalan yang terjadi dari
tindakan yang telah dilakukannya. Penjelasan inilah yang kemudian akan menjadi
masukan dalam merevisi rencana umum yang selanjutnya akan melahirkan rencana
implementasi ulang untuk implementasi pada putaran kedua. Begitulah
terus-menerus dilakukan sampai pada putaran tertentu.[5]
4. model kemmis
Model ini di kembangkan oleh sthepen kemmis dan robin metaggard mereka
menggunakan empat komponen penelitian yaitu: perencanaan , tindakan, observasi
dan refleksi. Dalam suatu sisitem spiral yang saling terkaitan antara langkah
satu dengan yang lain dan berikutnya,
5. model ebbout
Model ebbout terdiri atas tiga siklus pada tingkat pertama ide awal
dijadikan dan dikembangkan langkah tindakan satu, kemudian tindakan pertama
tersebut dimonitor implementasi penaruhnya tersebut subjek yang diteliti, semua
pengaruh ersebut dicatat secara sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan
yang terjadi, catatan monitor tersebut digunakan sebagai bahan acuan dalam
melakukan revisi rencana umum tahap kedua.
Pada tingkat kedua ini atas dasar bahan acuan tingkat pertama rencana umum
hasil revisi di buat dan langkah tindakan dilaksanakan serta di monitor efek
tindakan yang terjadi pada subjek yang diteliti selanjutnya di dokumentasikan
efek tindakan tersebut secara detail untuk kemudian digunakan sebagai acuan
masuk ketingkat tiga akhir.
Pada tingkatan ini dilakukan tindakan seperti ditindakan
sebelumnya dokumentasi efek tindakan, kemudian kembali ketujuan umum penelitian
tindakan guna mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat
terpecahkan dan tujuan daat dicapai untuk memperoleh gambaran lengkap para
pembaca dapat melihat gambaran siklus.
C.
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas
1
Plan (rencana)
Rencana merupakan serangkaian rancangan tindakan sistematis
untuk meningkatkan apa yang hendak terjadi, dalam penelitian tindakan , rencana
tindakan tersebut harus berorientasi ke depan disamping itu perencana harus
menyadarai sejak awal bahwa tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat
diprediksi dan mempunyai resiko oleh karena itu perencanaan yang dikembangkan
harus fleksibel untuk mengadopsi pengaruh yang tidak dapat dilihat dan
rintangan tersembunyi yang mungki timbul, perencanaan dalam penelitian tindakan
sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategis yang mampu menjawab
tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan yang
sebenarnya.[6]
2
Act (tindakan)
Komponen
kedua yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti adalah tindakan yang
terkontrol dan termonitor secara seksama tindakan dalam penelitian harus
dilakukan dengan hati=hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana itu
dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang
rasional dan terukur tindakan yang baik adalah tindakan yang mengandung tiga
unsur penting yaitu : peningkatan praktik, peningkatan pemahaman individual dan
kolaboratif dan peningkatan situasi dimana kegiatan berlang sung.[7]
3
Observe (observasi)
Pada
penelitian tindakan kelas mempunyai arti pengamatan terhadap treadment yang
diberikan pada kegiatan tindakan, pbservasi mempunyai fungsi penting yaitu
melihat dan mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek yang
diteliti, oleh karena itu observasi harus mempunyai beberapa syarat seperti
memiliki orientasi prospektif dan dasar-dsar reflektif masa sekarang dan yang
akan datang observasi yang intensif dan hati-hati sangat diperlukan untuk
mengatasi keterbatasan yang di ambil oleh peneliti karena keterbatasan menembus
rintangan yang ada di lapangan yang seperti dalam perencanaan observasi yang
baik adalah observasi yang fleksibel dan yang terbuka untuk mencatat gejala
yang muncul, baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.[8]
4
Reflect (reflektif)
Komponen
reflektif merupakan langkah dimana tim peneliti menilai kembali situasi dan
kondisi setelah subjek/objek yang di teliti memperoleh treadment secara
sistematis komponen ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali
tindakan yang tidak digunakan terhadap subjek yang diteliti dan telah dicatat
dalam observasi dalam kegiatan reflektif ini peneliti berusaha mencari alur
pemikiran logis dalam kerangka kerja proses, isu, problem dan hambatan yang
muncul dalam perencanaan dan treadmen yang diberikan kepada subjek, langkah
reflektif ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi situasi sosial dan
isu-isu yang muncul sebagi konsekuensi adanya tindakan rencana yang dilakukan
dalam penelitian tindakan[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
PTK (penelitian tindakan kelas) adalah proses pengkajian masalah
pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya
dengan cara melkukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta
menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut.
Model-model PTK yang
dapat diterapkan dalam PTK, yaitu: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Elliot, (3)
Model Ebbut,
Pola pelaksanaan PTK
yang bisa digunakan, Yaitu: (1) PTK Guru Peneliti, (2) PTK Kolaboratif, dan (3)
PTK Penelitian Terintegrasi.
Dalam pembuatan PTK
terlebih dahulu harus ada perencanaan yang mendasar, ada beberapa proses
perencanaan, yaitu: (1) Refelksi Awal, (2) Melaksanakan Studi Pendahuluan. (3)
Merancang Pelaksanaan PTK, (4) Pelaksanaan PTK.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Pengertian
PTK Menurut Para Ahli. Tersedia pada: http:// warehouse1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-ptk-menurut-para-ahli.html.
Di akses pada tanggal 10 februari 2016.
Kusumah,wijaya, Dwitagama,dedi, Mengenal penelitian
tindakan kelas, Cet 2. ,jakarta:PT.indeks.2010.
Kusumah,wijaya, Dwitagama,dedi, Mengenal penelitian
tindakan kelas, Cet 2. ,jakarta:PT.indeks.2010.
Sukardi, metode penelitian pendidikan tindakan kelas, yogyakarta:PT.
Bumi aksara,2012.
[1] Anonim. 2012. Pengertian
PTK Menurut Para Ahli. Tersedia pada: http://
warehouse1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-ptk-menurut-para-ahli.html. Di
akses pada tanggal 10 februari 2016.
[2]
Aqib,zainal,dkk. Penelitian tindakan kelas. Cet 3.(bandung:CV.wrama
widya.2011),3-4.
[3]
Kusumah,wijaya, Dwitagama,dedi, Mengenal
penelitian tindakan kelas, Cet 2. (jakarta:PT.indeks.2010),20.
[4] Ibid.20.
[5]
Kusumah,wijaya. Dwitagama,dedi. Mengenal penelitian tindakan kelas.21-22.
[6] Sukardi, metode
penelitian pendidikan tindakan kelas, (yogyakarta:PT. Bumi aksara,2012).5.
[7] ibid,5.
[8] Ibid,5.
[9] Sukardi, metode
penelitian pendidikan tindakan kelas,6-7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar