Sabtu, 19 Maret 2016

ptk

BAB I
PENDAHULUAN
A.            Latar belakang
Diberlakukannya Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Permenpan RB no.16 tahun 2009 (tahun 2013), tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya menunjukkan bahwa guru merupakan jabatan profesional. Terlebih lagi di dalam pasal 14 dan 15 Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
Bagi para guru pengakuan dan penghargaan di atas harus dijawab dengan meningkatkan profesionalitasnya dalam bekerja. Guru tidak selayaknya bekerja as usualseperti era sebelumnya, melainkan harus menunjukkan kompetensi dan tanggung jawabnya yang tinggi. Setiap kinerjanya harus dapat dipertanggung jawabkan baik secara publik maupun akademik. Untuk itu ia harus memiliki landasan teoretik atau keilmuan yang mapan dalam melaksanakan tugas mengajarnya maupun membimbing peserta didik.
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik, subject matter, maupun metode pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru harus mampu membuat professionaljudgement  yang didasarkan pada data sekaligus teori yang akurat. Selain itu guru juga harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan kemampuan meneliti, khususnya Penelitian Tindakan Kelas.

B.            Rumusan masalah
1.      Apa pengertian dari penelitian tindakan kelas?
2.      Bagaimana model dari penelitian tindakan keas?
3.      Bagaimana prosedur pelaksanaan penelitian kelas?



BAB II
PEMBAHASAN

A.        Pengertian penelitian tindakan kelas
Menurut Kemmis (dalam Anonim, 2012), Penelitian Tindakan adalah suatu bentuk penelitian flektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka. Menurut Sulipan (dalam Anonim, 2012), Penelitian tindakan kelas (PTK) berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Menurut Niff (dalam Anonim, 2013) dengan tegas mengatakan. bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran.
          Menurut Sanjaya (2013), PTK (penelitian tindakan kelas) adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana untuk menyelesaikan masalah tersebut.[1]
Dari konsep di atas, ada beberapa hal yang harus kita garis bawahi. Pertama, PTK adalah suatu proses, artinya PTK merupakan rangkaian kegiatan dari mulai menyadari adanya masalah, kemudian merencanakan tindakan untuk memecahkan masalah, mengimplementasikan dan merefleksi terhadap tindakan yang telah dilakukannya. Kedua, masalah yang dikaji adalah masalah pembelajaran yang terjadi secara nyata di dalam kelas, artinya PTK memfokuskan pada masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru di dalam kelas. Ketiga, PTK dimulai dan diakhiri dengan kegiatan refleksi diri oleh guru, artinya yang melaksanakan PTK itu sendiri adalah guru. Guru merupakan pemeran utama dalam PTK. Keempat, dalam PTK dilakukan berbagai tindakan, artinya PTK bukan hanya sekedar ingin mengetahui sesuatu akan tetapi adanya aksi dari guru untuk proses perbaikan. Kelima, PTK dilakukan dalam situasi nyata, artinya aksi yang dilakukan guru dilaksanakan dalam setting pembelajaran yang sebenarnya tidak mengganggu program pembelajaran yang sudah direncanakan.
Sesuai dengan konsep di atas, maka ada tiga tujuan utama pelaksanaan PTK, yaitu (1) PTK diarahkan untuk memperbaiki kinerja guru; (2) menumbuhkan sikap profesional guru; dan (3) peningkatan situasi tempat praktik berlangsung.

1.    Memperbaiki Kinerja
PTK sebagai penelitian tindakan berbeda dengan penelitian kelas. Faktor pendorong apda penelitian kelas biasanya keinginan untuk mengetahui atau keinginan untuk mengembangkan sesuatu. Sehingga dalam penelitian kelas guru berperan hanya sebagai objek penelitian, yang kadang-kadang hasilnyapun tidak dapat dimanfaatkan oleh guru itu sendiri. Berbeda denganpenelitian tindakan kelas (PTK). Faktor pendorong pada PTK adalah keinginan untuk memperbaiki kinerja guru. Dengan demikian guru berperan sebagai subjek penelitian yang merancang penelitian serta mengimplementasikannya.
Pada umumnya tujuan penelitian adalah untuk menemukan atau untuk menggeneralisasikan sesuatu terlepas dari kebutuhan dan tuntutan masyarakat pada umumnya. Oleh karenanya, hasil sebuah penelitian kadang-kadang sulit untuk bisa diterapkan oleh para praktisi di lapangan. Hal ini mungkin disebabkan oleh dua hal, pertama penelitian pada umumnya lebih banyak berangkat dari konsep-konsep yang hanya dipahami oleh kalangan tertentu sehingga tidak menyentuh kebutuhan lapangan secara riil dan pasti. Kedua, sulit memasyarakatkan atau menyebarkan hasil penelitian kepada para praktisi dengan berbagai alasan, sehingga hasil penelitian hanya banyak menghiasi perpustakaan perguruan tinggi yang sulit untuk dijangkau dan tidak bisa diterapkan.
Hal ini berbeda dengan PTK. Masalah yang dikaji oleh peneliti adalah masalah yang dirasakan oleh para praktisi misalnya oleh guru ketika melakukan proses pembelajaran di dalam kelas. Tujuan yang ingin dicapai oleh PTK adalah untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dirasakannya sebagai upaya meningkatkan kualitas praktek dilapangan. Dengan demikian, dalam pelaksanaanya guru terlibat secara langsung dari memulai merancang sampai melaksanakan PTK itu sendiri, terlepas dari siapa yang melaksanakan PTK itu.

2.      Mendorong Sikap Profesional Guru
Menurut sanjaya salah satu sifat dari seorang profesional adalah keinginannya untuk meningkatkan kualitas kinerja agar lebih baik untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Seorang profesional tidak akan cepat puas dari hasil yang diperolehnya. Ia akan selalu mencari dan menggali informasi dari berbagai sumber, kemudian mencoba dan mencoba sesuatu baru hingga hasil yang diperoleh akan semakin sempurna. Seorang profesional akan selalu tanggap terhadap setiap perubahan baik perubahan sosial maupun perubahan dan perkembangan bidang ilmu yang digelutinya, yang kesemuanya itu akan mempengaruhi bagaimana seharusnya ia melaksanakan tugasnya.
PTK adalah salah satu sarana yang dapat mengembangkan sikap profesional guru. Melalui PTK guru selalu berupaya meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Guru akan selalu dituntut untuk mencobakan hal-hal yang dianggap baru dengan mempertimbangkan pengaruh perubahan dan perkembangan sosial.

3.    Peningkatan Situasi Tempat Praktek Berlangsung
Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, yang memungkinkan, setiap orang dapat dengan mudah mendapatkan informasi. Perkembangan piranti komputer misalnya, bukan hanya sekedar kuantitas dapat menyajikan ilmu pengetahuan baru, akan tetapi juga dapat mempengaruhi gaya belajar seseorang. Guru yang profesional dalam mengerjakan tugas mengajarnya, akan selalu memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan baru untuk meningkatkan kinerjanya dan PTK adalah salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menguji dan sekaligus memanfaatkan berbagai rekayasa teknologi untuk meningkatkan kualitas megajarnya.
Dari penjelasan di atas, maka yang sangat berkepentingan terkait dengan pelaksanaan PTK adalah guru itu sendiri, sebab memang PTK didesain untuk guru. Menurut Borg (dalam Sanjaya, 2013) menyebutkan bahwa tugas utama dalam PTK adalah mengembangkan keterampilan guru yang berngkat dari adanya kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran yang bersifat aktual di dalam kelasnya atau di sekolahnya sendiri dengan atau tanpa adanya program latihan secara khusus. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa PTK tumbuh dari keinginan guru, bukan karena paksaan atau tugas dari atasannya yaitu untuk menyelesaikan masalah praktis yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan tujuan PTK di atas, maka PTK memiliki karakteristik sebagai berikut:
1)      Tujuan utama PTK adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. PTK berbeda dengan penelitian terapan lainnya. Pada umumnya  penelitian formal dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian ilmiah yang ketat sehingga hasilnya lebih bersifat konseptual yang kadang-kadang tidak berkontribusi terhadap pemecahan masalah yang bersifat praktis dan langsung dihadapi oleh guru. Lain halnya dengan PTK, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara praktis, sehingga kadang-kadang pelaksanaannya sangat situasional dan kondisional yang kadang-kadang kurang memerhatikan kaidah-kaidah ilmiah.
2)      Masalah yang dikaji dalam PTK adalah masalah yang bersifat praktis. PTK berangkat dari keresahan yang dialami guru dalam pengelolaan proses pembelajaran. Oleh karena itu, dari mulai proses perencanaan, pelaksanaan tindakan sampai pada proses penyimpulan guru merupakan pemeran utama. Karena alasan yang demikian PTK sering dinamakan penelitian praktis, artinya penelitian yang berangkat dari hal-hal nyata yang dirasakan oleh setiap guru.
3)      Fokus utama penelitian adalah proses pembelajaran. PTK dilaksanakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang maksimal. Oleh karena itu, PTK dilaksanakan dalam setting kelas yang sesungguhnya, bukan kelas yang direkayasa untuk penelitian. Pelaksanaan PTK sebaiknya tidak mengubah program pembelajaran yang telah disusun.
4)      Tanggung jawab pelaksanaan dan hasil PTK ada pada guru sebagai praktisi. PTK dirancang dan dilaksanakan oleh guru itu sendiri. Maka guru bertanggung jawab baik dalam melaksanakan maupun dalam menyimpulkan hasil penelitian.[2]

B.        Model-model PTK
Banyak model yang dapat kita gunakan sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Berikut model-model PTK yang akan dijelaskan di bawah ini adalah model-model penelitian tindakan yang dapat kita terapkan dalam PTK.

1.    Model Kurt Lewin
Model ini adalah model yang mendasari model-model yang lainnya yang berangkat dari model action research. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaanpenelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus-menerus.
Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan penelitian, sedangkan tindakan adalah perlakukan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan. Refleksi adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau perencanaan baru.[3]

2.    Penelitian Model Elliot
Model penelitian yang dikembangkan oleh Elliot adalah model yang menekankan kepada proses untuk mencobakan hal-hal baru dalam proses pembelajaran. Langkah pertama yang dilakukan menurut Elliot (Sanjaya, 2013) adalah menentukan dan mengembangkan gagasan umum yang dilanjutkan dengan melakukan eksplorasi yakni studi untuk mempertajam gagasan atau ide. Manakala peneliti sudah merasa cukup, selanjutnya melakukan rencana secara menyeluruh dan berdasarkan rencana tersebut selanjutnya melakukan tindakan pertama yang selama pelaksanaannya dilakukan monitoring dan eksplorasi. Hasil dari monitoring dan eksplorasi penieliti dapat melakukan tindakan kedua atau kembali merevisi rencana.[4]

3.    Model Ebbut
Penelitian tindakan ini dikatakan model Ebbut sebab dikembangkan oleh Ebbut pada sekitar tahun 1985. Ebbut beranggapan bahwa suatu penelitian tindakan harus dimulai dari adanya gagasan awal. Gagasan awal adalah didorong oleh keinginan peneliti untuk melakukan suatu perbaikan proses untuk menghasilkan sesuatu yang lebih optimal. Berdasarkan gagasan awal itu, kemudian peneliti berupaya menemukan berbagai tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya. Berbekal pengetahuan hasil dari proses analisis, selanjutnya peneliti menyusun rancangan utama yang berisi tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan yang kemudian diimplementasikan. Selama proses
implementasi dilakukan monitoring untuk mnelihat pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya tindakan atau perlakuan peneliti. Dari hasil monitoring itulah selanjutnya disusun penjelasan tentang berbagai kegagalan yang terjadi dari tindakan yang telah dilakukannya. Penjelasan inilah yang kemudian akan menjadi masukan dalam merevisi rencana umum yang selanjutnya akan melahirkan rencana implementasi ulang untuk implementasi pada putaran kedua. Begitulah terus-menerus dilakukan sampai pada putaran tertentu.[5]
4.    model kemmis
Model ini di kembangkan oleh sthepen kemmis dan robin metaggard mereka menggunakan empat komponen penelitian yaitu: perencanaan , tindakan, observasi dan refleksi. Dalam suatu sisitem spiral yang saling terkaitan antara langkah satu dengan yang lain dan berikutnya,

5.    model ebbout
Model ebbout terdiri atas tiga siklus pada tingkat pertama ide awal dijadikan dan dikembangkan langkah tindakan satu, kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor implementasi penaruhnya tersebut subjek yang diteliti, semua pengaruh ersebut dicatat secara sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi, catatan monitor tersebut digunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan revisi rencana umum tahap kedua.
Pada tingkat kedua ini atas dasar bahan acuan tingkat pertama rencana umum hasil revisi di buat dan langkah tindakan dilaksanakan serta di monitor efek tindakan yang terjadi pada subjek yang diteliti selanjutnya di dokumentasikan efek tindakan tersebut secara detail untuk kemudian digunakan sebagai acuan masuk ketingkat tiga akhir.
          Pada tingkatan ini dilakukan tindakan seperti ditindakan sebelumnya dokumentasi efek tindakan, kemudian kembali ketujuan umum penelitian tindakan guna mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat terpecahkan dan tujuan daat dicapai untuk memperoleh gambaran lengkap para pembaca dapat melihat gambaran siklus.

C.     Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas
1           Plan (rencana)
          Rencana merupakan serangkaian rancangan tindakan sistematis untuk meningkatkan apa yang hendak terjadi, dalam penelitian tindakan , rencana tindakan tersebut harus berorientasi ke depan disamping itu perencana harus menyadarai sejak awal bahwa tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan mempunyai resiko oleh karena itu perencanaan yang dikembangkan harus fleksibel untuk mengadopsi pengaruh yang tidak dapat dilihat dan rintangan tersembunyi yang mungki timbul, perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategis yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan yang sebenarnya.[6]
2        Act (tindakan)
            Komponen kedua yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti adalah tindakan yang terkontrol dan termonitor secara seksama tindakan dalam penelitian harus dilakukan dengan hati=hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana itu dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur tindakan yang baik adalah tindakan yang mengandung tiga unsur penting yaitu : peningkatan praktik, peningkatan pemahaman individual dan kolaboratif dan peningkatan situasi dimana kegiatan berlang sung.[7]
3        Observe (observasi)
            Pada penelitian tindakan kelas mempunyai arti pengamatan terhadap treadment yang diberikan pada kegiatan tindakan, pbservasi mempunyai fungsi penting yaitu melihat dan mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek yang diteliti, oleh karena itu observasi harus mempunyai beberapa syarat seperti memiliki orientasi prospektif dan dasar-dsar reflektif masa sekarang dan yang akan datang observasi yang intensif dan hati-hati sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan yang di ambil oleh peneliti karena keterbatasan menembus rintangan yang ada di lapangan yang seperti dalam perencanaan observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan yang terbuka untuk mencatat gejala yang muncul, baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.[8]
4        Reflect (reflektif)
            Komponen reflektif merupakan langkah dimana tim peneliti menilai kembali situasi dan kondisi setelah subjek/objek yang di teliti memperoleh treadment secara sistematis komponen ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang tidak digunakan terhadap subjek yang diteliti dan telah dicatat dalam observasi dalam kegiatan reflektif ini peneliti berusaha mencari alur pemikiran logis dalam kerangka kerja proses, isu, problem dan hambatan yang muncul dalam perencanaan dan treadmen yang diberikan kepada subjek, langkah reflektif ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi situasi sosial dan isu-isu yang muncul sebagi konsekuensi adanya tindakan rencana yang dilakukan dalam penelitian tindakan[9]








BAB III
PENUTUP
A.            Kesimpulan
PTK (penelitian tindakan kelas) adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melkukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut.
Model-model PTK yang dapat diterapkan dalam PTK, yaitu: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Elliot, (3) Model Ebbut,
Pola pelaksanaan PTK yang bisa digunakan, Yaitu: (1) PTK Guru Peneliti, (2) PTK Kolaboratif, dan (3) PTK Penelitian Terintegrasi.
Dalam pembuatan PTK terlebih dahulu harus ada perencanaan yang mendasar, ada beberapa proses perencanaan, yaitu: (1) Refelksi Awal, (2) Melaksanakan Studi Pendahuluan. (3) Merancang Pelaksanaan PTK, (4) Pelaksanaan PTK.










DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Pengertian PTK Menurut Para Ahli. Tersedia pada: http://    warehouse1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-ptk-menurut-para-ahli.html. Di akses pada tanggal  10 februari 2016.
Kusumah,wijaya,  Dwitagama,dedi, Mengenal penelitian tindakan kelas, Cet 2. ,jakarta:PT.indeks.2010.
Kusumah,wijaya,  Dwitagama,dedi, Mengenal penelitian tindakan kelas, Cet 2. ,jakarta:PT.indeks.2010.
Sukardi, metode penelitian pendidikan tindakan kelas, yogyakarta:PT. Bumi aksara,2012.


[1] Anonim. 2012. Pengertian PTK Menurut Para Ahli. Tersedia pada: http:// warehouse1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-ptk-menurut-para-ahli.html. Di akses pada tanggal  10 februari 2016.

[2] Aqib,zainal,dkk. Penelitian tindakan kelas. Cet 3.(bandung:CV.wrama widya.2011),3-4.
[3] Kusumah,wijaya,  Dwitagama,dedi, Mengenal penelitian tindakan kelas, Cet 2. (jakarta:PT.indeks.2010),20.
[4] Ibid.20.
[5] Kusumah,wijaya. Dwitagama,dedi. Mengenal penelitian tindakan kelas.21-22.
[6] Sukardi, metode penelitian pendidikan tindakan kelas, (yogyakarta:PT. Bumi aksara,2012).5.
[7] ibid,5.
[8] Ibid,5.
[9] Sukardi, metode penelitian pendidikan tindakan kelas,6-7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar